TTKKBI BANTEN – Tjimande Tari Kolot Karuhun Banten Indonesia (TTKKBI) resmi mengukuhkan kepengurusan Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) II Cilegon dengan melantik Hundusin Adistara sebagai ketua terlantik. Prosesi pelantikan berlangsung khidmat di Lapangan Rawa Arum, Kecamatan Grogol, Kota Cilegon, Sabtu malam (11/10/2025).
Dalam upacara tersebut, Ketua DPW I Banten, H. Hudi Nurhudiyat, menyematkan bendera pataka kepada ketua terlantik sebagai simbol amanah dan tanggung jawab dalam menjaga marwah seni bela diri tradisional Banten.
Acara ini turut dihadiri oleh Ketua Umum TTKKBI H. Tb. Arif Hidayat, Sekjen H. Dodi Suryana, serta sejumlah tokoh penting seperti Ketua DPW I Serang Barat, calon Ketua DPW I Sumsel, dan unsur Muspika setempat. Hadir pula Kapolres Pulau Merak Kompol D.P. Ambarita, perwakilan Dandim 0623 Cilegon Mayor Inf Usman, Danramil Pulau Merak Serma Ujang Sujai, serta tokoh masyarakat dan para pendekar dari berbagai paguron di wilayah Cilegon dan sekitarnya.
Dalam sambutannya, Ketua terlantik Hundusin Adistara atau akrab disapa Undus, menegaskan komitmennya untuk menjadikan silaturahmi sebagai kekuatan utama TTKKBI di Cilegon.
“Dengan terpilihnya saya sebagai ketua, saya bertekad akan terus menekankan pentingnya silaturahmi. Karena dari sinilah kekuatan untuk melestarikan seni dan budaya lahir,” ujarnya.
Festival Golok Day Cilegon
Hundusin juga menegaskan komitmennya untuk terus menggelorakan Festival Golok Day bagi TTKKBI Cilegon, sebuah ajang budaya yang telah dikenal hingga mancanegara dan rutin diperingati setiap 16 November di Kota Cilegon.
“Festival Golok Day harus terus dijaga dan dikembangkan karena telah menjadi ikon budaya Cilegon yang dikenal dunia. Insya Allah, TTKKBI Cilegon akan membawa seni budaya ini lebih maju lagi. Kita kuatkan slogan Cilegon Juare!” tegasnya.
Silat itu bukan untuk anarkis.
Sementara itu, Ketua DPW I Banten H. Hudi Nurhudiyat mengingatkan bahwa esensi silat bukanlah kekerasan, melainkan seni, etika, dan pengendalian diri.
“Silat itu bukan untuk anarkis. Ia adalah seni, warisan leluhur yang mengajarkan kedisiplinan dan kebajikan. Tegakkan budaya, jangan dibawa ke jalan yang menyimpang,” pesannya.
Dalam wejangannya, Hudi menyampaikan filosofi mendalam tentang tiga simbol pesilat sejati — semut hitam, lebah, dan ular tanah.
Menurutnya, semut hitam melambangkan kebersamaan dan kerja kolektif. Ia menjelaskan bahwa semut hitam itu ibarat pesilat yang menggunakan pakaian hitam. Namun setiap bertemu mereka bersalaman simbol silaturahmi.
“Semut hitam dan umumnya semut itu makhluk yang bersilaturahmi apabila mereka berpapasan. Pesilat akan mengambil makna dari semut hitam tersebut,” tututnya.
Lebah itu simbol kebaikan yang memberi manfaat bagi orang lain dengan madunya. Namun dibalik hal tersebut siapa sangka lebah pun bisa menyerang dengan sengatan apabila diganggu, demikian ungkap Hudi.
“Tuh lebah, lihat coba. Kemana-mana selalu bergerombol. Dicontoh dari mereka, mereka kompak dan selalu bersama. Itulah pesilat. Sisi utamanya lebah itu menghasilkan madu. Tapi ketika diusik dan dia terdesak pasti musuhnya akan disengat,” jelasnya.
Sementara ular tanah melambangkan ketenangan bersikap bahkan seolah bodoh karena selalu melingkar dengan diam.
“Ketika diinjak ular tanah pasti akan mematuk dan bisanya itu berbahaya, mematikan,” ungkapnya.
“Pesilat sejati seperti semut hitam yang selalu bersalaman, seperti lebah yang memberi madu kebaikan, dan seperti ular tanah yang tenang,” tuturnya

TTKKBI ini wadah besar bagi semua perguruan silat
Ketua Umum TTKKBI H. Tb. Arif Hidayat menegaskan bahwa organisasi ini adalah wadah bersama yang merangkul semua aliran dan paguron, tanpa memandang latar belakang.
“TTKKBI bukan milik satu aliran. Setiap manusia punya karuhun. TTKKBI ini wadah besar bagi semua perguruan silat di Banten dan Nusantara. Seperti anak ayam yang butuh induk, setiap pesilat perlu wadah yang menyatukan,” ungkapnya.
H. Arif berharap ke depan TTKKBI menjadi ruang pemersatu seluruh pendekar, baik dari aliran Badrong, Terumbu, Beksi, maupun perguruan lainnya, agar tetap bersatu menjaga nilai luhur budaya warisan leluhur.
“Mari bergabung dan Kami tidak akan mengubah apa pun dari simbol dan tradisi dari paguron dan aliran yang sudah terbiasa dengan itu. Kami menjadikan TTKKBi hanya wadah,” ungkapnya.
Saat ini ttkkbi provinsi Banten sudah membuka 6 DPW II tingkat Kabupaten/ Kota diantaranya adalah Serang Timur, Serang Barat, Lebak, Lebak Selatan, Tangerang (Kabupaten) dan terakhir Cilegon. Ke depan yang akan dibuka adalah Pandeglang yang dibagi menjadi dua wilayah, Kota Serang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan. (rilis)
